5 Prinsip Pengendalian Bahaya di Tempat Kerja
Ingin menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja?
Yuk, mulai dari memahami prinsip pengendalian bahaya di tempat kerja!
Prinsip Pengendalian Bahaya di Tempat Kerja
1. Eliminasi
Menghilangkan sumber bahaya sepenuhnya dari tempat kerja.
Contohnya mengganti bahan kimia berbahaya dengan bahan yang lebih aman atau menghapus proses kerja berbahaya, seperti menghilangkan pekerjaan di ketinggian dengan menggunakan alat bantu drone untuk inspeksi atau perbaikan.
2. Substitusi
Mengganti bahaya dengan sesuatu yang kurang berbahaya.
Jika eliminasi tidak memungkinkan, substitusi menjadi pilihan berikutnya.
Contohnya mengganti penggunaan tangga manual dengan tangga otomatis atau mengganti pelarut mudah terbakar dengan pelarut yang tidak mudah terbakar.
Contoh lain substitusi adalah mengganti penggunaan forklift dengan conveyor belt untuk memindahkan barang, atau beralih ke layanan aduan daring alih-alih menggunakan telepon.
3. Rekayasa Teknik
Melakukan modifikasi pada tempat kerja, peralatan, atau proses untuk mengurangi risiko.
Contohnya memasang pelindung mesin, sistem ventilasi, atau alat pengangkat untuk mengurangi risiko cedera.
Contoh lainnya adalah memasang guardrail di tepi lantai yang tinggi untuk mencegah pekerja terjatuh.
4. Pengendalian Administrasi
Menerapkan prosedur kerja aman, pelatihan, rotasi kerja, dan pengawasan untuk mengurangi paparan terhadap bahaya.
Contohnya membuat peraturan tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), memberikan pelatihan K3 kepada pekerja, dan melakukan inspeksi keselamatan secara berkala.
Contoh lainnya adalah melakukan safety induction sebelum memulai pekerjaan dan membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pekerjaan.
Pengaturan jam kerja atau rotasi kerja untuk membatasi paparan bahaya juga termasuk pengendalian administratif, lho.
5. Alat Pelindung Diri (APD)
Memberikan APD kepada pekerja untuk melindungi diri dari bahaya.
APD merupakan pilihan terakhir dalam hirarki pengendalian bahaya dan harus digunakan bersamaan dengan metode pengendalian lainnya.
Contohnya adalah helm, sarung tangan, kacamata pengaman, dan sepatu safety.
Cara Mengendalikan Bahaya di Tempat Kerja
1. Identifikasi Potensi Bahaya di Tempat Kerja
Langkah pertama dalam mengendalikan bahaya adalah mengidentifikasi semua potensi bahaya yang ada di tempat kerja melalui:
- Melakukan inspeksi seluruh area tempat kerja, seperti lantai licin, kabel terkelupas, atau mesin yang rusak.
- Menganalisis setiap pekerjaan untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang terkait tugas tersebut. Misalnya, pekerjaan mengangkat beban berat berpotensi bahaya ergonomi, sedangkan pekerjaan di laboratorium berpotensi bahaya biologi dan kimia.
- Menyelidiki setiap kecelakaan atau penyakit akibat kerja untuk mengidentifikasi penyebabnya dan mencegah kejadian serupa terulang.
- Konsultasi dengan pekerja dalam proses identifikasi bahaya, karena mereka yang paling mengetahui kondisi dan potensi bahaya di tempat kerja.
2. Penilaian Risiko
Setelah bahaya diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menilai risiko terkait setiap bahaya.
Penilaian risiko meliputi:
- Seberapa besar kemungkinan bahaya tersebut akan terjadi? Kemungkinan dapat dinilai berdasarkan data kecelakaan sebelumnya, pengalaman kerja, dan kondisi tempat kerja.
- Apa dampak jika bahaya tersebut terjadi? Dampak bisa berupa cedera ringan, cedera berat, cacat permanen, atau kematian.
- Memberikan peringkat risiko untuk setiap bahaya berdasarkan keparahan. Misalnya risiko risiko tinggi, sedang, atau rendah.
3. Pengendalian Risiko
Setelah risiko dinilai, langkah selanjutnya mengendalikan risiko dengan menerapkan hirarki pengendalian bahaya yang sudah kita bahas sebelumnya, yakni eliminasi, subtitusi, rekayasa, administrasi, dan APD.
4. Monitoring dan Evaluasi
Setelah langkah-langkah pengendalian diterapkan, monitoring dan evaluasi wajib dilakukan secara berkala untuk memastikan efektivitasnya.
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara:
- Memeriksa apakah langkah-langkah pengendalian sudah diterapkan dengan benar dan efektif. Misalnya, memeriksa apakah pelindung mesin terpasang dengan baik.
- Mengamati apakah pekerja mematuhi prosedur kerja aman dan menggunakan APD dengan benar. Pengamatan dilakukan secara langsung oleh pengawas atau menggunakan teknologi, seperti CCTV.
- Menganalisis pola kecelakaan dan penyakit akibat kerja untuk mengidentifikasi area yang harus ditingkatkan.
- Melakukan tinjauan ulang program K3 secara berkala untuk memastikan program tersebut masih relevan dan efektif.
Pentingnya Kesadaran K3 di Tempat Kerja
Kembali lagi, kunci utama keberhasilan pengendalian bahaya di tempat kerja adalah kesadaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang tertanam dalam diri setiap orang.
Bukan sekadar aturan tertulis, K3 harus menjadi kesadaran bersama, dari pimpinan tertinggi hingga rekan kerja di lapangan.
Fakta dari BPJS Ketenagakerjaan menunjukkan realita memprihatinkan: lebih dari 350.000 kasus kecelakaan kerja terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2024.
Angka ini menjadi pengingat bahwa K3 bukanlah hal sepele.
Apalagi, Bulan K3 Nasional 2025 bertemakan "Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia dalam Mendukung Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) untuk Meningkatkan Produktivitas".
Tema ini menegaskan investasi pada SDM yang sadar dan kompeten dalam K3 sangat penting. Artinya, setiap pekerja harus memahami risiko pekerjaannya, tahu cara bekerja yang aman, dan berani melaporkan potensi bahaya, bahkan kejadian nyaris celaka sekalipun.
Kesadaran K3 inilah yang akan membentuk budaya positif. Maksudnya budaya setiap orang merasa peduli dan bertanggung jawab, bukan hanya pada keselamatan diri sendiri, tetapi juga keselamatan rekan kerjanya.
Mari Cari Tahu K3 Lebih Jauh!
Setelah memahami prinsip-prinsip pengendalian bahaya di tempat kerja, Rekan-rekan juga perlu meningkatkan pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Yuk, mulai belajar dari membaca informasi K3 di artikel-artikel Mutiara Mutu Sertifikasi!
Jika ingin mendapatkan sertifikasi K3 dari Kemenaker dan BNSP, Rekan-rekan juga bisa mengikuti pelatihan di Mutiara Mutu Sertifikasi, lho!
Mutiara Mutu Sertifikasi (MMS) adalah lembaga pelatihan K3 (PJK3) terbaik di Indonesia yang menyediakan berbagai program pelatihan bersertifikasi Kemnaker dan terakreditasi KAN, di antaranya Ahli K3 Umum, Ahli K3 Spesialis, dan Ahli K3 BNSP!
15.000++ alumni dari seluruh Indonesia sudah mengikuti pelatihan, dan sebanyak 86% di antaranya, mendapatkan pekerjaan hanya dalam waktu kurang dari 6 bulan setelah lulus, lho!
Sekarang giliran Rekan-rekan! Yuk, daftarkan diri di pelatihan K3 Mutiara Mutu Sertifikasi!
Kami tunggu kehadiran Rekan-rekan di kelas pelatihan, ya!