Regulasi K3 Terkait Tenaga Kerja di Ketinggian
Pekerjaan di ketinggian adalah aktivitas yang melibatkan pekerja yang berada di atas permukaan tanah dengan potensi risiko jatuh dari ketinggian. Mengingat risiko yang tinggi dalam pekerjaan ini, regulasi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) sangat diperlukan untuk melindungi pekerja dari kecelakaan dan cedera.
Di Indonesia, regulasi yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja di ketinggian diatur dalam beberapa peraturan, terutama terkait dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan dan standar keselamatan internasional.
1. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 09 Tahun 2016
Peraturan ini menjadi salah satu dasar utama terkait tenaga kerja di ketinggian. Dalam peraturan ini, diatur mengenai keselamatan kerja dalam konstruksi bangunan, yang mencakup perlindungan terhadap tenaga kerja yang bekerja di ketinggian. Beberapa poin penting dalam peraturan ini adalah:
- Alat Pelindung Diri (APD): Setiap pekerja di ketinggian wajib menggunakan APD yang sesuai, seperti helm, sabuk pengaman, dan tali pengaman.
- Pelatihan K3 Ketinggian: Pekerja harus memiliki kompetensi yang memadai dan telah mengikuti pelatihan khusus terkait pekerjaan di ketinggian.
- Sistem Perlindungan Kolektif: Selain APD, harus ada sistem pengamanan kolektif seperti pemasangan jaring pengaman dan pegangan di area kerja yang memiliki risiko jatuh.
2. Peraturan Menteri PUPR No. 10/PRT/M/2021 tentang SMKK
Khusus dalam bidang konstruksi, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini mengatur tentang Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK). Regulasi ini mewajibkan setiap proyek konstruksi menerapkan sistem manajemen keselamatan yang mencakup perlindungan bagi pekerja di ketinggian. Beberapa aspek penting meliputi:
- Manajemen Risiko: Perusahaan wajib melakukan identifikasi risiko sebelum memulai pekerjaan di ketinggian dan menetapkan langkah mitigasi yang sesuai.
- Pengawasan K3: Pengawas harus memastikan prosedur keselamatan diikuti dan melakukan inspeksi rutin terhadap peralatan keselamatan.
- Sertifikasi Tenaga Kerja di Ketinggian: Hanya tenaga kerja yang memiliki sertifikasi sesuai dengan ketentuan Kementerian Ketenagakerjaan yang diperbolehkan bekerja di ketinggian.
3. SNI 03-1746-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Jatuh
SNI (Standar Nasional Indonesia) ini mengatur tentang tata cara perencanaan sistem proteksi jatuh, khususnya untuk pekerja yang bekerja di ketinggian. Dalam standar ini dijelaskan bahwa:
- Sistem Proteksi Jatuh harus diterapkan dalam pekerjaan yang memiliki potensi jatuh dari ketinggian lebih dari dua meter.
- Penggunaan Peralatan: Alat seperti tali pengaman, jaring pengaman, dan perancah harus memenuhi standar teknis tertentu agar dapat digunakan dalam proyek.
- Pengujian dan Pemeliharaan Peralatan: Semua peralatan proteksi harus diuji secara berkala dan dipelihara agar tetap dalam kondisi optimal.
4. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
UU ini menjadi payung hukum utama terkait keselamatan kerja di Indonesia. Dalam konteks tenaga kerja di ketinggian, undang-undang ini mewajibkan perusahaan untuk:
- Menyediakan tempat kerja yang aman dan bebas dari potensi bahaya jatuh.
- Melakukan pengawasan rutin terhadap kondisi tempat kerja, terutama area dengan risiko tinggi seperti ketinggian.
- Mengadakan pelatihan dan sosialisasi keselamatan kepada seluruh tenaga kerja, termasuk tenaga kerja di ketinggian.
Baca juga : Apa Itu TKBT (Tenaga Kerja Bangunan Tinggi)
5. Regulasi Internasional: OSHA Standards
Selain regulasi nasional, standar internasional dari Occupational Safety and Health Administration (OSHA) juga kerap menjadi acuan. Beberapa standar yang relevan dengan tenaga kerja di ketinggian meliputi:
- Fall Protection Standard 1926.501: Mengatur kewajiban penerapan sistem proteksi jatuh pada pekerjaan di ketinggian, termasuk kewajiban penggunaan alat pelindung diri dan sistem pengamanan kolektif.
- Training Requirements 1926.503: OSHA mewajibkan setiap pekerja yang bekerja di ketinggian untuk mendapatkan pelatihan yang memadai terkait risiko jatuh dan penggunaan peralatan proteksi.
6. Pelatihan dan Sertifikasi TKPK dan TKBT
Untuk memastikan tenaga kerja di ketinggian memiliki kompetensi yang sesuai, pemerintah mewajibkan pelatihan dan sertifikasi seperti:
- TKPK (Tenaga Kerja Pada Ketinggian): Pelatihan ini memberikan pengetahuan dasar tentang teknik bekerja aman di ketinggian dan penggunaan APD.
- TKBT (Tenaga Kerja Bangunan Tinggi): Sertifikasi ini khusus bagi tenaga kerja yang bekerja pada bangunan dengan ketinggian signifikan, memastikan mereka memahami standar keselamatan.
Tenaga kerja di ketinggian menghadapi risiko yang sangat tinggi, sehingga penerapan regulasi K3 yang ketat sangat diperlukan untuk melindungi mereka. Regulasi ini mencakup penggunaan APD yang tepat, sistem perlindungan kolektif, pelatihan wajib, serta pengawasan rutin oleh pihak perusahaan. Selain itu, perusahaan wajib mematuhi standar nasional dan internasional yang berlaku untuk memastikan keselamatan tenaga kerja di ketinggian.
Dengan mematuhi regulasi yang ada, perusahaan tidak hanya melindungi pekerjanya, tetapi juga mengurangi risiko kecelakaan kerja yang dapat berdampak buruk pada operasional dan reputasi perusahaan.