Kerugian dari Terbatasnya Penerapan ISO 9001, 14001, dan 45001

Kerugian dari Terbatasnya Penerapan ISO 9001, 14001, dan 45001

ISO atau International Organization for Standardization merupakan salah satu lembaga pengembangan standar terkenal di dunia. Sebagai organisasi internasional non-pemerintah yang independen dengan keanggotaan 169 badan standar nasional, ISO berhasil menyatukan para ahli untuk berbagi pengetahuan dan mengembangkan standar internasional yang bersifat sukarela, berdasarkan konsensus, dan relevan. Sebagai bentuk apresiasi terhadap kolaborasi para ahli  dalam menciptakan inovasi dan memberikan solusi terhadap tantangan global, maka tanggal 14 Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Standar Dunia atau World Standards Day (WSD). Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang perlunya standardisasi produk global dan dampaknya terhadap perekonomian.

Bagi individu maupun perusahaan, mempelajari ISO dapat memberikan manfaat yang signifikan. Pemahaman tentang ISO bisa menjadi aset berharga dalam pengembangan karir seseorang. Sebab, pemahaman tentang ISO membantu individu untuk meningkatkan keterampilan dalam manajemen risiko, perbaikan proses, dan peningkatan efisiensi, yang semuanya merupakan aspek penting dalam lingkungan bisnis modern. Di sisi lain, perusahaan juga dapat merasakan manfaat yang besar jika mengimplementasikan ISO dengan tepat. Standar ISO membantu perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk atau layanan mereka, mengurangi kesalahan, dan menciptakan proses yang lebih efisien. Ini berkontribusi pada penghematan biaya jangka panjang dan peningkatan kepuasan pelanggan.

Lalu, bagaimana dampak dari tidak memahami dan mengaplikasikan ISO? Artikel ini akan membantu kamu memahami contoh kasus dampak kerugian akibat penerapan ISO yang buruk, terutama ISO 9001, 14001, dan 45001.

ISO

ISO 9001 : 2015 (Sistem Manajemen Mutu)

Bagi perusahaan yang telah tersertifikasi ISO 9001:2015, penurunan kualitas produk dan layanan mereka dapat berdampak pada kerugian. Contohnya pada kasus PT Astra Honda Motor (AHM) yang dituntut oleh konsumennya untuk menarik ulang produk AHM yang menggunakan rangka eSAF tahun produksi 2019 – 2023 karena dicurigai berkarat hingga mudah patah. Maraknya laporan kerusakan produk yang dialami konsumen AHM bahkan mendapatkan perhatian pemerintah karena menyangkut persoalan keselamatan.

Bukan hanya Astra Honda Motor, di Illinois, Amerika Serikat, contoh kasus serupa juga pernah dialami sektor F&B (Food and Beverage). Starbucks sebagai leader di industri tersebut pernah dituntut Rp 65 Miliar oleh konsumen karena terlalu banyak menaruh es batu dalam minuman es kopi.

Kedua kasus di atas adalah contoh kurangnya  penerapan ISO 9001:2015 atau standar internasional yang berfokus pada sistem manajemen mutu. Standar ini memberikan kerangka kerja bagi perusahaan untuk meningkatan kualitas produk dan layanan, meningkatan kepuasan pelanggan, dan mencapai efisiensi operasional. Kasus yang dialami AHM dan Starbucks adalah contoh dimana klausul 9 (performance evaluation) terkait kepuasan pelanggan tidak terpenuhi karena kurangnya kualitas produk dan garansi (solusi) yang dianggap tidak membantu konsumen.

Baca juga: Sistem Manajemen Mutu Ternyata Sangat Mudah untuk Dipelajari

ISO 14001 : 2015 (Sistem Manajemen Lingkungan)

Salah satu contoh terkait kurang maksimalnya penerapan ISO 14001:2015 terjadi pada PT Servo Lintas Raya (SLR). Aktivitas pengangkutan batubara yang dilakukan perusahaan tersebut diduga telah melanggar lingkungan dan meresahkan masyarakat. Hal ini meliputi izin lingkungan berupa stockpile KM38 yang diduga tidak ada, hingga penyebaran debu batubara yang mengancam kesehatan masyarakat.

Selain itu, ada pula kasus Proyek Strategis Nasional Rempang Eco City yang ditolak oleh masyarakat sekitar. Menurut Manajer Kajian Hukum dan Kebijakan Walhi Indonesia, Satrio Manggala, program Rempang Eco City dapat membawa beberapa dampak lingkungan bagi Pulau Rempang, di antaranya pendayagunaan air yang sangat banyak, eksploitasi pasir sebagai bahan baku produksi, kebutuhan energi yang besar dari PLTU batu bara, pembuangan limbah cair,  limbah padat, dan zat berbahaya lainnya. Penggunaan air yang berlebihan, misalnya, akan sangat mengkhawatirkan karena kondisi geografis Rempang sebagai pulau kecil. Begitu pula penyebaran abu dari PLTU yang dekat dengan pemukiman warga sehingga mengganggu pernafasan.

Contoh kasus tersebut bisa dihindari apabila ISO 14001:2015 dijalankan dengan baik. ISO 14001:2015 adalah standar internasional yang berfokus pada sistem manajemen lingkungan. Standar ini memberikan panduan bagi perusahaan dalam upaya mereka untuk mengelola dampak lingkungan, mengurangi jejak ekologis, dan mematuhi peraturan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan. Kedua contoh kasus di atas menandakan ISO 14001:2015 klausul 4 (context of the organization) yang kurang diterapkan. Klausul ini menjelaskan bahwa ISO 14001:2015 mewajibkan organisasi untuk menetapkan masalah internal dan eksternal, hubungan dengan pihak berkepentingan dan segala peraturan kepatuhan yang berkaitan dengan lingkungan.

Artikel terkait: Sistem Manajemen Lingkungan: Menjaga Lingkungan untuk Anak Cucu Kita

ISO 45001 : 2018 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Konsekuensi dari kurang optimalnya penerapan ISO 45001:2018 adalah terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan kerja perusahaan. Contohnya adalah kebakaran smelter yang terjadi di PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI) yang menyebabkan dua orang karyawan meninggal dunia. Selang satu bulan setelah kejadian ini, kecelakaan kerja di sana kembali terjadi. Seorang karyawan yang mengendarai dump truck di jalan hauling atau jalan yang digunakan untuk memindahkan hasil tambang mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Hal ini mendorong Serikat Pekerja Nasional (SPN) PT GNI mengirimkan laporan disertai tujuh tuntutan untuk perusahaan ke Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah dan Komisi IX DPR RI. Tuntutan tersebut antara lain untuk mendorong perusahaan mengutamakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), memenuhi keperluan Alat Pelindung Diri (APD), memberikan sirkulasi udara yang layak di setiap smelter, dan lain-lain.

Kasus kecelakaan yang kerap terjadi berulang kali dalam jangka waktu yang singkat menunjukkan lemahnya penerapan ISO 45001:2018, khususnya pada klausul 6 yang berkaitan dengan identifikasi risiko, bahaya, atau peluang yang dapat berdampak pada K3 di lingkungan kerja perusahaan. ISO 45001:2018 adalah standar internasional yang berkaitan dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Standar ini memberikan panduan bagi perusahaan dalam mengidentifikasi, mengurangi, dan mengelola risiko-risiko yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan pekerja di tempat kerja. ISO 45001:2018 menekankan pentingnya menerapkan tindakan preventif, melibatkan karyawan dalam proses perbaikan keselamatan, dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan hukum yang berkaitan dengan keselamatan kerja.

Contoh kasus-kasus yang dipaparkan di atas sebetulnya masih bisa dibenahi oleh perusahaan dengan menelaah kembali penerapan standarisasi proses pada perusahaan melalui ISO 9001, 14001, dan 45001. Untuk itu diperlukan pemahaman lebih mendalam terkait ISO. Salah satu caranya yaitu dengan mengikuti ISO Series Training di Mutiara Mutu Sertifikasi. Kabar baiknya, ketiga materi ISO (9001, 14001, dan 45001) dapat dipelajari sekaligus lewat  pelatihan ini dengan harga yang terjangkau. Dengan menginvestasikan biaya sebesar Rp 400.000 untuk ISO Series Training, manfaat yang akan diperoleh individu maupun perusahaan sangatlah besar. Yuk, lebih peduli dan mengimplementasikan ISO secara maksimal, dimulai dengan gabung pelatihannya di sini.