Kamu Harus Tahu! Bahaya Ergonomi di Berbagai Sektor Industri yang Harus Diwaspadai
Ergonomi merujuk pada pendekatan ilmiah untuk merancang pekerjaan dan lingkungan kerja agar sesuai dengan kemampuan fisik dan mental pekerja, sehingga dapat mengurangi risiko cedera, kelelahan, dan stres yang dapat terjadi akibat tugas-tugas pekerjaan. Dalam Permenaker No. 5 tahun 2018 Pasal 1 Ayat 14 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, ergonomi disebut sebagai faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja, disebabkan oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang meliputi cara kerja, posisi kerja, alat kerja, dan beban angkat terhadap Tenaga Kerja.
Foto: ergolink.com
Semua tempat kerja memiliki potensi faktor bahaya ergonomi. Mengutip dari Permenkes RI No. 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran, bahaya ergonomi adalah bahaya yang berasal dari desain kerja, layout maupun aktivitas yang buruk. Misalnya, seperti postur tidak netral, manual handling, atau layout tempat kerja dan desain pekerjaan. Di Indonesia sendiri, World Health Organization (WHO) melaporkan setidaknya ada sekitar 52 juta kasus musculoskeletal disorders (MSDs) pada tahun 2019. Angka ini terus alami peningkatkan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, lho.
Baca Juga: Muskuloskeletal Sering Menjadi Keluhan Para Pekerja
Musculoskeletal disorders atau MSDs adalah salah satu penyakit akibat kerja yang paling umum terjadi akibat adanya bahaya dan risiko ergonomi. MSDs dapat didefinisikan sebagai potensi cedera atau gangguan pada otot tulang dan rangka (GOTRAK), akibat tindakan atau cara kerja yang tidak aman dan sehat. Beberapa gejala yang timbul antara lain berupa ketidaknyamanan, nyeri, kesemutan, mati rasa, peradangan, kelelahan otot dan perasaan lemah. Lebih lanjut, WHO mencatat bahwa kondisi MSDs adalah penyebab utama kecacatan di seluruh dunia, dimana nyeri pinggang menjadi faktor penyebab utama kecacatan di 160 negara. MSDs sebagai salah satu bahaya ergonomi juga menimbulkan rasa sakit yang terus-menerus pada pekerja. OSHA menyampaikan bahwa banyak pekerja yang memilih tidak memedulikan rasa sakit tersebut dan tetap bekerja sehingga muncul istilah “working hurt“. Hal ini menjadi masalah besar karena dapat menyebabkan cacat seumur hidup pada pekerja.
Supaya punya wawasan lebih dalam tentang bagaimana keberadaan bahaya ergonomi di berbagai industri, simak terus artikel ini ya!
Kondisi Ergonomi yang Kurang Optimal pada Sektor Migas
Sektor migas adalah industri yang mencakup pada kegiatan eksplorasi, produksi, pengolahan, dan distribusi minyak dan gas. Selain rawan akan terjadinya ledakan dan kebakaran, sektor migas juga tidak terlepas dari aktivitas-aktivitas yang dapat memicu bahaya ergonomi.
Contoh bahaya ergonomi pada sektor migas antara lain:
- Mengangkat dan memindahkan pipa atau alat pengeboran.
- Penggunaan mesin yang mengakibatkan postur tubuh tidak ergonomis (misalnya seperti bekerja di ruang terbatas pada rig).
- Gerakan repetitif yang terus diulang seperti mengebor atau mengencangkan baut.
Meskipun terus mengintai dalam setiap aktivitas pekerjaan di sektor migas, risiko tersebut dapat diminimalisir dengan menerapkan Process Safety Management (PSM) dengan baik pada seluruh lapisan pekerja melalui perencanaan dan evaluasi Job Safety Analysis, Risk Assessment, serta laporan onsite.
Baca Juga: Peran K3 Migas dalam Menekan Risiko Kecelakaan Kerja di Industri Migas
Sektor Konstruksi
Sama seperti sektor migas, sektor konstruksi juga memiliki aktivitas kerja yang berisiko. Ketika gagal mengenali cara kerja yang aman dan efisien dengan alat atau mesin, maka aktivitas konstruksi dapat menyebabkan berbagai cedera, termasuk gangguan muskuloskeletal seperti regangan otot, sprain, tendonitis, dan cedera punggung bawah.
Aktivitas pekerjaan yang menjadi penyebab utama cedera MSDs di konstruksi di antaranya:
- Manual handling seperti kegiatan angkat-angkut dari satu area ke area lainnya dengan posisi tubuh yang tidak tepat sehingga mengakibatkan cedera punggung.
- Gerakan repetitif yang berlangsung terus-menerus akibat durasi pengerjaan proyek yang kurang panjang. Contohnya, pemindahan barang menggunakan crane secara berulang-ulang.
- Penggunaan beban yang berat selama proyek, seperti kontainer berukuran besar yang juga menampung item/material yang lebih banyak.
Akibat dari MSDs dapat terasa hingga jangka panjang, di antaranya nyeri punggung, sindrom carpal tunnel, tendonitis, keseleo dan cedera lainnya. Untuk meminimalisir bahaya ergonomi di sektor konstruksi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan, yaitu dengan melakukan kampanye budaya K3 terutama mengenai postur kerja yang baik di lingkungan kerja, mempertimbangkan penggunaan alat angkat serta membagi berat beban yang bisa diangkut, pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan, penggunaan alat kerja yang sesuai dan dalam kondisi baik, peregangan untuk pemanasan sebelum bekerja, istirahat yang cukup, dan pastikan untuk tetap terhidrasi.
Artikel Terkait: Konstruksi Jadi Sektor Penyumbang Kecelakaan Kerja Terbanyak, Profesi Ahli K3 Konstruksi Banyak Dibutuhkan
Sektor Manufaktur
Di dalam sektor manufaktur, terdapat banyak fasilitas. Selain berfungsi untuk mempermudah pekerjaan, adanya beragam fasilitas seperti mesin, peralatan, dan kendaraan ini juga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja, termasuk MSDs.
Beberapa ancaman ergonomi pada sektor manufaktur yaitu:
- Gerakan berulang dan mengangkat benda berat dapat menganggu kesehatan karyawan dalam jangka panjang. Contohnya, proses pengemasan/packing yang repetitif pada sektor Food and Beverage dan proses pemotongan tahu pada pabrik tahu yang berlangsung secara berulang-ulang.
- Bekerja dengan jam kerja yang panjang dan waktu istirahat yang tidak memadai akibat shift yang panjang.
- Penggunaan mesin-mesin besar yang memiliki potensi membahayakan jika dilakukan tanpa operasi/pelatihan yang tepat.
Terkait hal ini, perusahaan dapat mengurangi bahaya ergonomi yang dihasilkan oleh mesin dengan mengikuti kebijakan Occupational Safety and Health Administration (OSHA) yang telah memiliki regulasi ketat terkait pemakaian dan operasi mesin pada industri manufaktur. Mesin yang digunakan harus sudah teruji dan karyawan yang mengoperasikan mesin juga dipastikan harus sudah tersertifikasi.
Selain itu, manajer dan pekerja juga dapat berkolaborasi, dimana manajer bertugas untuk melakukan pengawasan, sedangkan pekerja bertugas untuk membantu mengidentifikasi aktivitas kerja yang menimbulkan cedera dan penyakit.
Sektor Pertanian
Kegiatan bertani umumnya dilakukan secara berulang yang mana hal ini kerap kali menimbulkan cedera pada pekerjanya.
Pekerjaan di sektor pertanian seringkali erat hubungannya dengan kegiatan seperti:
- Kegiatan yang mengharuskan pekerja berlutut, seperti contohnya mencangkul dan menarik hasil panen.
- Mengangkat dan membawa barang-barang berat, termasuk mengangkut karung berisi hasil panen.
- Membungkuk dengan membawa beban di punggung, seperti sprayer atau alat penyemprot pupuk.
Untuk meminimalisir hal tersebut, melakukan substitusi aktivitas, seperti berganti dari pengangkutan manual ke penggunaan alat bantu menjadi hal perlu yang dipertimbangkan. Selain itu, perlu juga untuk selalu mengingat pentingnya beristirahat sejenak selama bekerja, melakukan rotasi pekerjaan agar tidak terus-menerus melakukan gerakan berulang, menyediakan alat bertani yang didesain agar sesuai dengan pegangan tangan pekerja, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, penting bagi perusahaan untuk memberikan perhatian serius pada aspek ergonomi di tempat kerja. Di samping produktivitas yang tinggi dapat membawa keuntungan bagi perusahaan, ada pula bahaya ergonomi seperti MSDs dapat menjadi beban berat bagi perusahaan. Produktivitas yang tercapai dengan aman dan nyaman dapat mengurangi risiko penyakit akibat kerja, absensi pekerja, serta biaya kompensasi dan perawatan medis. Investasi untuk lingkungan kerja yang ergonomis bukan hanya investasi dalam produktivitas, tetapi juga investasi jangka panjang pada kesejahteraan karyawan dan stabilitas perusahaan secara keseluruhan.
Adapun cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk meminimalisasi bahaya ergonomi yaitu dengan menerapkan berbagai program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Salah satu langkah kunci dalam mewujudkannya adalah dengan memberikan pelatihan K3 kepada para pekerja melalui Perusahaan Jasa K3 (PJK3) terpercaya seperti Mutiara Mutu Sertifikasi. Pelatihan ini tidak hanya akan melibatkan pekerja dalam mengenali potensi bahaya, tetapi juga memberikan pemahaman yang mendalam tentang praktik kerja yang aman dan ergonomi. Klik di sini untuk mendaftar pelatihan K3 di MMS.